Telur Maleo Saat Berada di Keraton Kerajaan Banggai (Foto: Purnomo Lamala/ KabarBenggawi)
BANGGAI, KABAR BENGGAWI – Ritual tahunan Malabot Tumbe yang biasanya digelar secara ramai tahun ini digelar secara sederhana diakibatkan pendemi Covid-19 belum berakhir, pemangku adat dan tamu undangan sangat terbatas dan ketat dalam melaksanakan protokol kesehatan.
Plt Bupati Banggai Laut, Tuty Hamid mengatakan, Malabotan tumbe didalamnya banyak sekali pesan moral dan keteladaan. Tumbe atau tumpe dalam bahasa Saluan yaitu pertama atau awal dan malabot tumbe telah menjadi istilah dalam adat Banggai sebagai proses penghantaran, penerimaan telur burung maleo dari masyarakat adat Batui ke Tomundo kerajaan Banggai dan keluarganya di Banggai.
“Malabotan Tumbe telah dilaksanakan secara turun temurun dalam kehidupan masyarakat Adat Batui dan Banggai,” Terang Tuty dalam sambutannya di Keraton Kerajaan Banggai. Jumat (18/12)
Hal ini menandakan masyarakat adat Batui dan Banggai masih memegang teguh amanat leluhurnya. Malabot Tumbe diartikan secara filosofi yakni sebagai titipan pesan keluarga yang mengandung keteladanan yang sangat tinggi untuk masyarakat Kabupaten Banggai Laut, Banggai Kepulauan dan Banggai.
Halaman : 1 2 Selanjutnya