Foto : Ilham Potimbang (dok Pribadi)
YOGYAKARTA, KABAR BENGGAWI – Ubi Banggai (Dioscorea alata L ) atau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebut Uwi Banggai dalam bahasa Banggai biasa disebut Baku merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tananam semusim (berumur pendek) dengan susunan utama terdiri dari batang, ubi, dan daun. Tanaman uwi Banggai tumbuh menjalar keatas dengan menggunakan kayu penyangga dalam bahasa Banggai disebut Boloi.
Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) merupakan salah satu sentra produk Ubi jalar, tercatat ada 35 jenis varietas ubi jalar terdaftar di Kementrian Pertanian (Kemenpan) sebagai produk varietas tanaman milik kabupaten Bangkep. Dari tahun ketahun terus meningkat produktifitasnya hingga mencapai sekitar 697.48 ton.
Ilham Potimbang, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret yang meneliti terkait Indikasi Geografis (IG) Uwi Banggai Menjelaskan bahwa rendahnya hasil panen uwi Banggai dipengaruhi oleh nilai historis kebiasaan dan budaya perlakuan masyarakat adat setempat,
“Budaya penanaman yang sifatnya turun temurun dengan menggunakan simbolisasi adat masyarakat Banggai, uwi banggai ini bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, dan berbeda ketika uwi Banggai ini ditanam didaerah lain tanpa mengikuti instrumen penanaman masyarakat adat baik dari kualitas serta nilai kandungan yang terdapat didalam setiap jenis uwi Banggai ini. ” ujar Ilham
Lebih lanjut, kata Ilham, belajar dari daerah lain seperti daerah Sumedang yang mampu menembus pasar internasional hanya dengan perlakuan dan pemberdayaan produk umbi umbian yang kita kenal dengan nama ubi Cilembu hal ini dipengaruhi oleh perlindungan Indikasi Geografis tersebut.
“Bagaimana tidak dulu harga ubi Cilembu dipasaran Rp2.500/kg setelah mendapat perlindungan Indikasi Geografis menjadi Rp250.000/kg Yang saat ini tujuan ekspornya ke negara Jepang dan negara lain dieropa,” Jelasnya
Pertanyaannya untuk Bangkep yang memiliki 35 jenis varietas uwi ini harus diapakan, produk yang sejak zaman kerajaan sudah dijadikan makan pokok untuk menjamu para tamu kerajaan,
Halaman : 1 2 Selanjutnya