Siang tadi langit Banggai Laut cerah merona seperti memahami ada ritual sakral yang tengah dilaksanakan, dari arah pelabuhan jalanan begitu lengang. Dipinggiran jalan masyarakat tengah menyemut memadati area Pelabuhan Banggai.
Lamat-lamat kejauhan buih putih dari perahu motor berbendera umbul-umbul merah putih khas keraton Banggai tengah berputar tiga kali di tengah lautan.
Di atas perahu motor itu nampak Jasrun Dani (79) tetauh adat Batui yang fotonya saban tahun menghiasi jagat publikasi Malabot Tumbe tengah duduk bersilah. Ia sesekali menengok menengadah ke arah keramat Banggai Lalolong dan Keraton Banggai seperti membaca mantra memberitahukan leluhurnya bahwa sebentar lagi pembawa “Nggalau Manuk Mamua” telah tiba di Banggai begitulah jika di eja dengan bahasa Banggai. Jasrun Dani sudah 40 tahun ini melaksankan ritual pengantaran Tumbe.
Di lain sisi, ratusan masyarakat Kabupaten Banggai Laut menyemut di Pelabuhan Banggai hingga Keraton Kerajaan Banggai. Ruas jalan begitu lengang. Pemuka adat, para pejabat daerah hingga tetamu memadat sekitar pelabuhan.
Ritual telur Maleo sebelum diantarkan ke Keraton Kerajaan Banggai, dimulai dari Batui, Kabupaten Banggai. Telur Maleo terlebih dahulu dikumpulkan dari masyarakat dan kelompok adat Dakanyo Ende, Binsilok Balantang, Tolando, Binsilok Katudunan, dan Topundat, serta terlebih dahulu dibungkus dengan daun pohon palem. Kemudian diantar ke rumah adat atau kusali dan diinapkan semalam disana.
Setelah itu, dilanjutkan dengan upacara adat Mintauakon yakni ritual menurunkan telur dari rumah adat sebelum diantar ke dermaga oleh para pembawa telur didampingi para tetua adat Batui.
Sebagaimana prosesi penjemputan, pengantaran di Batui jalanan harus sepi dari aktivitas. Para pengantar telur juga tak diperkenankan berhenti di tengah jalan saat prosesi ritual berlangsung hingga tiba perahu motor yang telah disiapkan di dermaga di bantaran sungai Batui.
Di dermaga itu, telur-telur maleo dijemput oleh perangkat adat, yang kemudian meletakkannya di tempat khusus di dalam perahu motor yang akan membawanya ke Keraton Kerajaan Banggai.
Dalam perjalanan menuju Keraton Banggai, harus singgah terlebih dahulu di Desa Pinalong, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan, di Pinalong dilakukan ritual pelemparan tongkat atau kayu.
Konon menurut masyarakat adat Batui saat putra Raja Adi Soko bernama Abu Kasim menyeberang menuju daratan Batui sempat diganggu oleh makhluk ghaib jahat, setelah itu dilanjutkan perjalanan.
Lalu selanjutnya di rumah adat Kusali Tolo Tanjung Merah di Desa Mansalean, Kecamatan Labobo, Kabupaten Banggai Laut.
Di Kusali Tolo, dilangsungkan ritual penggantian pembungkus telur dari daun pohon palem itu, kemudian pembungkus telur sebelumnya dihanyutkan ke laut hingga terbawa arus ke Keramat Banggai Lalongo, itu dilakukan sebagai sinyal bahwa pengantar sudah dekat dengan tujuan.
Proses ini begitu mistik. Pasalnya arus laut yang begitu deras tak menentu dan tak bisa diperkirakan daun bekas pembungkus itu bisa sampai di Keramat Banggai Lalongo. Namun buktinya, setiap kali Malabot Tumbe daun palem itu selalu sampai ke tujuannya dengan tepat.
Keesokan harinya, para pembawa telur tiba di Desa Tinakin, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut dan bermalam di sana. Keesokan harinya, perangkat adat Banggai memulai prosesi ritual penjemputan telur atau Malabot Tumbe.
Tiba di Pelabuhan Banggai, tetua adat dari Batui menuju Keraton Banggai untuk melapor lalu selanjutnya kembali untuk menyerahkan telur Maleo ke perangkat adat Banggai dengan berjalan kaki dari pelabuhan ke Keraton Kerajaan Banggai.
Siklus Malabot Tumbe telah dilaksankan saban tahun sejak 1500an oleh masyarakat adat Batui dan Banggai. Telur-telur itu diserahkan langsung kepada pemangku adat dan keluarga Kerajaan Banggai.
Tradisi malabot tumbe adalah upacara adat yang sakral yang didalamnya banyak mengandung pesan dan kearifan untuk diteladani.
Tumbe atau tumpe merupakan suatu yang pertama dan awal, dan malabot tumbe telah menjadi istilah dalam adat Banggai sebagai prosesi ritual penerimaan Telur Maleo dari masyarakat adat Batui kepada Tomundo dan keluarga kerajaan di Banggai
Prosesi ritual Tumbe menandakan bahwa Batui dan Banggai sejatinya adalah saudara. Malabot Tumbe diartikan secara sederhana sebagai titipan pesan keluarga yang mengandung ketauladanan yang sangat tinggi untuk generasi yang ada di tiga kabupaten yakni Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut.
Penulis : Nomo
Editor : -