JAKARTA, KABAR BENGGAWI – Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono mengungkap bahwa penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan prioritas anggaran dalam RAPBN 2022 memiliki nilai strategis bagi pembangunan nasional yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan keduanya akan menjadi transisi untuk kembali rebound dan membawa angka defisit kembali pada ambang batas 3 persen pada tahun 2023.
“Namun perlu diingat bahwa pondasi paling awal dari pemulihan ekonomi adalah pengendalian Covid-19 itu sendiri. Percepatan belanja pemerintah, terutama dalam bentuk bantuan sosial, program padat karya prioritas, dan mendorong belanja masyarakat diperlukan untuk kembali meningkatkan demand side,” kata Ibas, sapaan akrab Edhie Yudhoyono, saat membuka Rapat Panja Banggar DPR RI dengan pemerintah di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/6/2021).
Untuk itu, RKP yang disusun tidak hanya sekedar baik secara konseptual tetapi secara implementatif harus mampu menjadi acuan pembangunan nasional di tahun 2022. RKP juga hendaknya mampu menyaksikan program kerja antar Kementerian/Lembaga, sekaligus menghubungkan pembangunan yang dilakukan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Lebih lanjut, politisi Partai Demokrat itu menekankan bahwa penyusunan RKP dan prioritas anggaran RAPBN Tahun 2022 juga harus mengutamakan prinsip inklusivitas. Pemulihan ekonomi yang digagas juga harus senantiasa mengedepankan keterpaduan dan keberlanjutan (sustainability). Sehingga output dan outcome yang ingin dicapai dapat terukur, tepat sasaran dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Kebijakan yang tertuang di dalam RKP 2022 merupakan sebuah keberlanjutan dari proses pembangunan yang sudah disusun dalam rencana pembangunan jangka menengah atau RPJMN tahun 2020-2024. Oleh karena itu, penyusunan RKP dan prioritas anggaran RAPBN 2022 tidak bisa berjalan sendiri, tetapi harus selaras dengan kondisi ekonomi makro dan kebijakan fiskal di tahun 2022.
“Kondisi pada pandemi Covid-19 jangan sampai menyurutkan upaya kita untuk mewujudkan visi Indonesia 2045, menjadi negara maju berpendapatan tinggi dan tidak terjebak sebagai negara berpendapatan menengah atau middle income trap country,” tegas Anggota Komisi VI DPR RI itu.
Halaman : 1 2 Selanjutnya