Dari Kearifan Lokal yang Berbudaya Hingga Pengelolaan Potensi Perikanan Daerah

- Jurnalis

Jumat, 23 Juli 2021 - 11:08 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Sutrisno Bandu

(Bukan Tokoh Pemuda apalagi Tokoh Masyarakat, hanya orang biasa saja)

PAGI ini saya bangun lebih awal, tepat jam 04.19 Wita. Setelah meneguk air putih, ingatan akan rencana untuk menulis tentang Kearifan Lokal yang berbudaya dan Mengelola Potensi Perikanan Daerah melintasi pikiran. Dengan keterbatasan saya yang baru belajar menulis, saya yakinkan diri untuk menulisnya. Semangat untuk menulis tulisan ini tidak serta merta muncul. Pikiran saya dirangsang ketika membaca tulisan yang diposting beberapa minggu yang lalu di media Online tentang “Kearifan Lokal yang Berbudaya” dan juga tulisan lain yaitu “Industrialisasi Bidang Perikanan : Solusi Maksimalkan Potensi Daerah”.

Kearifan lokal bukanlah konsep baru dalam perkembangan masyarakat Indonesia. 15-an tahun belakangan ini sering muncul istilah kearifan lokal (local wisdom) sebagai bentuk nilai-nilai yang berkembang pada masyarakat dalam upaya mempertahankan nilai luhur yang dianut. Pada umumnya gagasan tentang kearifan lokal dipahami sebagai bentuk “indigeneus ideas” yang bersifat pribumi dan condong kepada isu identitas, suku – budaya dan sosial – politik.

BACA JUGA :  Ketua KPU Balut Buka Kegiatan Pleno Perhitungan Suara

Mengutip penggalan tulisan Sularso (Akademisi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta) melalui perilaku kongkrit, nilai-nilai kearifan lokal diharapkan dapat tetap hidup dan menghidupi masyarakatnya. Bahkan kearifan lokal dapat menguatkan aspek etika atau moral individu masyarakatnya. Hal ini cukup relevan mengingat masyarakat dalam menyelenggarakan kehidupan tidak dapat terlepas dari pengaruh lingkungan tempat mereka hidup, hubungan timbal balik dan kait mengkait antara nilai filosofis dan cita-cita kolektif masyarakat. Bahkan kondisi sosial masyakat. Kehidupan tradisi, keadaan alam serta latar belakang sejarahpun turut memberikan pengaruh atas sikap dan cara pandang.

Pada aspek etika lingkungan, sebagaimana yang diterangkan Wibowo (1994) menjelaskan betapa ampuhnya sistem pengetahuan lokal, yang terakumulasi dan mempunyai peran sangat besar sepanjang sejarah hidup manusia yang merupakan bagian integral dari alam dan sistem kepercayaan, serta lebih banyak memberikan penekanan terhadap kesimbangan lingkungan alam (environtment equilibrium). Terbesit tanya bagaimana dengan tradisi “Malabot tumbe”, Banggai sebagai daerah penghasil perikanan tangkap juga sebagai daerah yang luas wilayah lautannya 94,37%. Di lain kesempatan saya akan menjabarkan kembali bagaimana demarkasi yang jelas antara tradisi sebagai bagian dari kearifan lokal dan kebutuhan saat ini untuk mengembangkan kearifan lokal tersebut sebagai sesuatu yang lebih relate dengan kondisi saat ini serta bersinergi pada bangunan hukum daerah dan bangunan hukum nasional sebagai landasan gerak pembangunan yang berkelanjutan.

BACA JUGA :  Ketua KPU Balut Buka Kegiatan Pleno Perhitungan Suara

Mencermati tulisan tentang “Kearifan Lokal yang Berbudaya” sebagai sorotan dari platform salah satu kandidat pada perhelatan politik di Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Banggai Laut tahun kemarin memberikan kesan penilaian “sepihak” saja. Padahal jika kita review kembali ingatan kita pada Pilkada kemarin arti platform “kearifan lokal yang berbudaya” telah disampaikan pada hampir setiap ajang kampanye maupun debat kandidat.

BACA JUGA :  Ketua KPU Balut Buka Kegiatan Pleno Perhitungan Suara

Semoga anda memahami ilustrasi singkat paragraf ini bahwa “Kearifan lokal yang berbudaya” sebagai sebuah visi yang artinya cita-cita akan masa depan masyarakat Banggai Laut merupakan tonggak yang telah dicanangkan oleh pemerintahan daerah saat ini, secara gamblang ilustrasi sederhananya ibarat membangun candi yang stupanya adalah pengelolaan perikanan, pariwisata, pembangunan SDM dan lain-lain, maka saat ini kita sedang mengumpulkan batu untuk membangun candi itu, memperkuat dasar sebagai syarat utama candinya kokoh!.

Membangun dasar yang kuat dengan mengarahkan prioritas pembangunan pada pemanfaatan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) untuk digunakan sebaik-baiknya untuk membangun stupa-stupa kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banggai Laut.

Follow WhatsApp Channel www.kabarbenggawi.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Rekomendasi untuk Anda

Ketua KPU Balut Buka Kegiatan Pleno Perhitungan Suara
Hitung Cepat! Sofyan Kaepa-Ablit Dipastikan Patahkan Mitos Dua Periode Bupati
Ketidaknetralan ASN dalam Pilkada Banggai Laut, Ancaman bagi Demokrasi Lokal
Sidin Kritisi Singgih, Tingkatkan Ekonomi Tidak Hanya Peningkatan TPP ASN
KPU Balut Sukses Gelar Debat Publik Pertama Paslon Bupati Dan Wakil Bupati
Diduga Takut, Paslon 03 Rusli Banun-Rasis Abdullah Tak Hadiri Debat Publik Putaran Pertama
Bincang Santai, Wartawan Balut dan DPRD
Soal Listrik di Labobo, Ketua DPRD Patwan Kuba Kritisi Camat Labobo Zulbahri
Berita ini 24 kali dibaca

Rekomendasi untuk Anda

Senin, 2 Desember 2024 - 14:33 WITA

Ketua KPU Balut Buka Kegiatan Pleno Perhitungan Suara

Rabu, 27 November 2024 - 21:09 WITA

Hitung Cepat! Sofyan Kaepa-Ablit Dipastikan Patahkan Mitos Dua Periode Bupati

Selasa, 26 November 2024 - 07:00 WITA

Ketidaknetralan ASN dalam Pilkada Banggai Laut, Ancaman bagi Demokrasi Lokal

Kamis, 14 November 2024 - 18:05 WITA

Sidin Kritisi Singgih, Tingkatkan Ekonomi Tidak Hanya Peningkatan TPP ASN

Sabtu, 9 November 2024 - 19:52 WITA

KPU Balut Sukses Gelar Debat Publik Pertama Paslon Bupati Dan Wakil Bupati

Berita Terbaru