Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.*
*Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera
KABAR, BENGGAWI- Tidak sekedar memperindah dalam peran menghiasi jagat raya, bintang adalah makhluk Allah yang mempunyai peran sebagai alat untuk menjaga tahta kerajaan langit di luasnya alam semesta ini. Kilau dan letaknya yang jauh dari dataran bumi melekat pada bintang yang dengannya melekat peranan khas bintang.
Belum banyak ulasan tentang bintang selain beranjak pada kebiasaan suatu komunitas. Sebagian besar dan hampir semua, tradisi dalam masyarakat tersebut tidak berakar kuat. Dugaan terhadap eksistensi bintang dengan berbagai ketampakannya (fenomena) melahirkan keyakinan mitis. Pengetahuan yang dipercayai kebenarannya tersebut adalah penuh prasangka. Maka bintang diidentikkan dengan mitos-mitos yang terdapat di berbagai belahan dunia.
Sesungguhnya bintang tidak sekedar berada dalam pemahaman rendah. Esensi bintang sesungguhnya dapat dipahami dalam eksistensinya sebagai benda langit yang memiliki peran. Peran bintang, sebagaimana disinggung di atas dijadikan sebagai alat untuk penjagaan, yang tidak lain adalah langit yang memayungi dunia.
Dalam suatu kepercayaan, disebut jahiliyyah di antaranya kental pengetahuan mitis tersebut, meyakini berbagai fenomena alam raya disebabkan oleh bintang. Peran bintang dalam keyakinan tersebut disalahmakna. Hal ini terjadi pada fenomena hujan yang dengannya berkaitan dengan kehidupan dunia sampai-sampai dikaitkan dengan nasib; baik atau buruknya manusia.
Dalam bergai industri, produksi, atau suatu orientasi-orientasi dunia lainnya, pengetahuan corak ini masih banyak didapatkan. Berbagai tujuan menjadi alasan untuk para pelaku bidang-bidang tersebut mengadakannya dalam berbagai kemasan seperti obrolan sampai ramalan tentang kehidupan dan persoalannya di masa mendatang, yang tentu menggunakan paradigma orientatif di atas.
Namun sebenarnya bintang memiliki peran penting sebagai “anak panah” dalam menjaga pertahanan langit dari berbagai gangguan dan usaha mencuri khazanah. Dikabarkan bintang dijadikan alat untuk mengejar para syetan yang berusaha mencuri-curi beritabdari langit untuk menyesatkan makhluk bumi, yaitu jinn dan manusia. Sebagai bagian dari usaha tidak kenal asa henti untuk menyesatkan manusia, syetan-syetan melakukannya dalam rangka meyakinkan calon pengikutnya bahwa mereka punya sesuatu yang sebenarnya jauh dari mereka, yaitu kuasa.
Lantaran syetan identik dengan kesesatannya, maka tidak ada yang dihasilkan dari itu semua selain angan-angan, kebohongan, dan kebinasaan belaka. Termasuk perihal perkara langit tersebut juga perbintangan yang kekuasaan Allah yang melekat juga ketetapannya terhadap bintang dan peranannya, disalahpahamkan oleh para syetan tersebut berikut para pengikutnya.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Surat an-Najm ayat 28 yang artinya sebagai berikut: “dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti dugaan, dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran ”
Selanjutnya sekaligus penutup ulasan dalam artikel kesempatan ini adalah dalam al-Qur’an Surat al-Jinn ayat 8 berikut:
وَّاَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاۤءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَّشُهُبًاۖ
“Dan sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.”