Dengan kondisinya yang ringkih, Laonti setiap hari harus berjibaku memacu bentor (becak bermotor) menyusuri jalan-jalan dalam kota Banggai guna menghidupi 14 orang anaknya.
Iya, empat belas orang. Bahkan sepuluh diantaranya perempuan. Parahnya lagi ada seorang diantaranya yang mengidap cacat mental.
Saat ini Laonti sekeluarga harus tinggal berdempetan dalam sebuah gubuk kecil reyot berukuran 2×3 meter.
“Memang memprihatinkan. Rumahnya sangat tidak layak, bahkan sebagian dindingnya hanya ditutupi seng bekas aspal. Itupun lokasinya terpencil, jauh dari kota, ” terang Jul.
Dari keterangan yang diperoleh, kabarnya Laonti sekeluarga sudah pernah didatangi dinas sosial setempat. Mereka sekeluarga sudah didata untuk mendapat bantuan pemerintah Banggai Laut. Namun entah bagaimana, hingga berita ini diturunkan, pendataan pemerintah itu tidak kunjung ditindak lanjuti.
“Makanya selain kerja sosial yang kami programkan, kami juga berencana menghadap dinas terkait untuk memperjuangkan bantuan apa saja yang bisa difasilitasi Pemda,” pungkas Rio. (SBT)
Halaman : 1 2